Jumat, 15 April 2011

Analisis Artikel “ Inkopsyah Proyeksikan NPF 2,7 persen Pada Akhir 2009



Inkopsyah Proyeksikan NPF 2,7 Persen Akhir 2009
Senin, 04 Agustus 2009 17:03 WIB
By Republika Newsroom


JAKARTA -– Induk Koperasi Syariah (Inkopsyah) memproyeksikan rasio pembiayaan bermasalah (non performing finance/NPF) sebesar 2,74 persen hingga akhir tahun ini. Di semester pertama lalu Inkopsyah mencatat NPF 4,07 persen.

Direktur Inkopsyah, Arisson Hendry mengatakan kendati batas NPF BMT sebesar 12 persen, namun Inkopsyah menargetkan setidaknya NPF di akhir tahun bisa di bawah tiga persen. “Walau batas NPF BMT maksimal 12 persen tapi kita ingin menekan NPF serendah mungkin,” kata Arisson. NPF yang tercatat di Juni lalu, jelasnya, adalah pembiayaan yang terkena dampak akibat krisis ekonomi global. Namun pembiayaan yang baru berjalan di beberapa bulan terakhir ini masih lancar.

Sektor usaha mikro, kecil dan menengah yang menjadi basis pasar BMT tak terlalu berpengaruh pada krisis ekonomi global lalu membuat kinerja BMT juga tetap tumbuh dengan baik. “Sejauh ini industri BMT tetap tumbuh bagus dan pembayaran juga cukup lancar,” ujar Arisson. Tercatat NPF Inkopsyah menurun dibanding semester pertama tahun lalu. Di Juni 2008 Inkopsyah memiliki NPF sebesar 6 persen.

Per Juni Inkopsyah memiliki 206 anggota, meningkat dibanding tahun lalu yang sebanyak 175 anggota. Di tahun ini Inkopsyah menargetkan jumlah anggota mencapai 300 BMT. Tercatat penyaluran dana Inkopsyah mencapai Rp 28 miliar, aset Rp 33,8 miliar dan laba bersih Rp 545 juta di semester pertama lalu.

Dibanding akhir tahun lalu terjadi peningkatan aset dan penyaluran dana sekitar 50 persen. Tercatat di 2008 Inkopsyah memiliki aset Rp 22,3 miliar dan penyaluran dana Rp 18,2 miliar, sedangkan laba bersih sebesar Rp 620 juta. gie/kpo.





Analisis Artikel “ Inkopsyah Proyeksikan NPF 2,7 persen Pada Akhir 2009

Pembiayaan bermasalah adalah suatu kondisi pembiayaan dimana suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali yang menyebabkanketerlambatan dalam pengembalian atau diperlukan tindakan-tindakan tertentu dalam proses pengembalian dan memiliki kemungkinan terjadi potential loss.
Rasio pembiayaan bermasalah ( non performing finance / NPF ) yang terjadi di dalam induk koperasi syariah ( inkopsyah ) pada semester pertama tahun 2009 sebesar 4’07 persen. Pada akhir tahun, induk koperasi syariah ( inkopsyah ) memproyeksikan rasio pembiayaan bermasalah ( non performing finance / NPF ) sebesar 2,74 persen.
Pembiayaan bermasalah ( non performing finance ) yang terjadi dikarenakan dampak krisis global yang terjadi. Keadaan ekonomi yang carut marut membuat anggota-anggota koperasi syariah atau bisa disebut dengan BMT yang memberikan pembiayaan kepada masyarakat mengalami masalah. Namun, pembiayaan yang baru berjaan dibeberapa bulan terakhir ini masaih lancar.
Direktur inkopsyah, Arisson Hendry mengatakan kendati batas non performing finance ( NPF ) BMT sebesar 12 persen, namun inkopsyah menargetkan setidaknya NPF diakhir tahun bisa di bawah tiga persen. Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah yang menjadi basis pasar BMT tidak terlalu berpengaruh pada krisis ekonomi global lalu membuat kinerja BMT juga tetap tumbuh dengan baik.
“Sejauh ini industri BMT tetap tumbuh bagus dan pembayaran juga cukup lancar “ ujar Arisson. Hal tersebut dibuktikan dengan menurunnya NPF tahun 2009 inkopsyah dibanding dengan NPF tahun 2008 semester pertama lalu, di juni 2008 yaitu sebesar 6 persen. Penurunan yang terjadi membuktikan bahwa krisis global yang terjadi tidak mempengaruhi eksistensi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah. Dengan aspek permodalan yang tidak terlalu besar, resiko dan kerugian yang dihadapi juga tidak terlalu tinggi.
Per juni Inkopsyah memiliki 206 anggota, meningkat dibanding tahun lalu yang sebanyak 175 anggota. Peningkatan yang terjadi membuktikan minat masyarakat terhadap koperasi syariah semakin tinggi. Selain itu, kebutuhan untuk mendapatkan permodalan untuk sektor usaha mikro, kecil, dan menengah dengan persyaratan yang tidak terlalu rumit juga dipenuhi oleh BMT dibanding dengan Bank-Bank yang ada. Hal tersebut semakin membuat minat masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas permodalan dari BMT semakin tinggi di iringi dengan semakin banyak bermunculan BMT-BMT di Indonesia.


Di tahun ini Inkopsyah menargetkan jumlah anggota mencapai 300 BMT. Tercatat penyaluran dana Inkopsyah mencapai Rp 28 miliar, asset Rp 33,8 miliar, dan laba bersih Rp 545 juta di semester pertama lalu. Dibanding akhir tahun lalu terjadi peningkatan asset dan penyaluran dana sekitar 50 persen. Tercatat di 2008 Inkopsyah memiliki asset Rp 22,3 miliar dan penyaluran dana sebesar Rp 18,2 miliar, namun laba bersih yang didapatkan lebih tinggi daripada tahun 2009 yaitu 620 juta.
Peningkatan asset dan penyaluran dana serta penurunan prosentase NPF ( non performing finance ) yang terjadi di tahun 2009 tidak diikuti dengan peningkatan laba bersih. Namun selisihnya tidak terlalu besar, yaitu sebesar 75 juta. Dengan laba sebesar 545 juta di tahun 2009, maka bisa diperoleh rata-rata untuk 1 unit BMT memperoleh laba bersih sebesar Rp 2,64 juta. Dengan laba yang didapatkan, tidak heran jika semakin banyak BMT yang bermunculan di Indonesia.
Semoga saja untuk ke depannya, keadaan per ekonomian dunia yang semakin tidak menentu tidak mempengaruhi kemajuan per ekonomian di Indonesia. Sehingga, nasib para sektor usaha mikro, kecil, dan menengah tidak terbengkalai dan dapat mengurangi presentasi pembiayaan bermasalah. Hal tersebut dapat memajukan juga uni-unit BMT yang ada dan meningkatkan pendapatan serta laba bersih yang diterima oleh BMT. Bisa jadi dengan peningkatan asset yang dimiliki dapat menjadikan BMT menjadi unit usaha syariah atau lembaga yang lebih besar yang bisa menyerap lebih banyak lagi pembiayaan untuk sektor-sektor usaha mikro, kecil, dan menengah.

2 komentar: